Petani Mulai Menjerit, Harga Cabai Terus Anjlok

Iklan
Petani Mulai Menjerit, Harga Cabai Terus Anjlok
Petani Mulai Menjerit, Harga Cabai Terus Anjlok

Sapajambe- Memasuki 13 Ramadhan, harga berbagai jenis cabai di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh terus mengalami penurunan. Hal itu membuat beberapa petani cabai di Kerinci menjerit.

Bagaimana tidak, jika dikalkulasi biaya perawatan sejak pembibitan hingga masa panen, tentu membuat petani mengalami kerugian.

Dibeberapa pasar tradisonal, harga cabai merah tepantau Rp 10.000 hingga Rp. 12.000.

"Menjelang puasa kamarin, harga cabai terus turun. Sekarang kami jual encerannya Rp. 10.000 sampai dengan Rp.12.000," ungkap salah seorang pedagang di Pasar Tanjung Bajure Kota Sungai Penuh, Rabu (06/05/20).

Sementara, salah seorang petani Cabai di Kayu Aro Fernando menyebutkan sejak harga cabai turun, dirinya beserta petani cabai lainnya tidak bisa berbuat banyak.

"Digudang, para penampung cabai membeli hasil panen kami hanya Rp 7.000 hingga Rp 8.000," bebernya.

Dia mengakui, untuk meningkatkan harga cabai, beberapa petani memutuskan untuk menjual sendiri hasil panen cabainya.

"Ada beberapa petani memilih untuk mengencer sendiri hasil panennya. Namun petani yang hasil panennya mencapai ratusan kilogram, memilih untuk menjual ke gudang penampungan cabai, karena tidak mungkin mengencer cabai dengan jumlah yang banyak," jelas Fernando.

Senada dengan Fernando, Senjaya yang juga merupakan petani Cabai mengakui, menurunnya harga cabai berpengaruh besar terhadap perekonomian keluarganya.

"Kondisi kita sekarang lemah, karena ekonomi keluarga sangat bergatung dengan cabai. Ditambah lagi datangnya wabah Covid-19, jadi pergerakan kita terbatas," terangnya.

Ia pun berharap pemerintah agar melihat kondisi para petani cabai saat ini. "Semoga ada tindakan dari Pemerintah untuk mengatasi persoalan ini, karena saat ini kita juga perlu dierhatikan," pungkasnya. (*)

Iklan