Tuntutan Himsar Jaya Terhadap Dirut RS Chatib Quzwain, Akhirnya Dimediasikan

Iklan
Tuntutan Himsar Jaya Terhadap Dirut RS Chatib Quzwain, Akhirnya Dimediasikan
Tuntutan Himsar Jaya Terhadap Dirut RS Chatib Quzwain, Akhirnya Dimediasikan

Sapajambe, Sarolangun - Aksi unjuk rasa Himpunan Mahasiswa Masyarakat Sarolangun Jakarta Raya (Himsar Jaya) yang dijadwalkan menggelar orasi di RSUD Chatib Quzwain hari ini, Selasa (23/6/20), terkait anggaran penanganan Covid-19 di RSUD Sarolangun, berakhir di meja mediasi.

Mediasi antara Himsar Jakarta Raya dengan Tim Gugus Tugas Covid 19 Sarolangun tersebut dipimpin oleh Asisten I Setda Sarolangun Drs Arief Ampera di Ruang Pola Utama Kantor Bupati Sarolangun.

Pada kegiatan mediasi tersebut dari Himsar Jaya diwakili oleh 5 orang yang dikoordinir oleh Makruf Amin sebagai Korlap serta perwakilan keluarga pasien Corona. Sementara dari Tim Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Sarolangun, Asisten I Drs Arief Ampera, Direktur RSUD Chatib Quzwain dr Bambang Hermanto MKes, Kadis Kesehatan Bambang Hermanto MKN, Kepala BPBD/Ketua Pelaksana Tim Gugas Covid-19 Sarolangun Trianto, Kepala BPKAD Emalia Sari dan Kakan Kesbangpol Hudri SPdi MPdi.

Hadir juga perwakilan dari pihak kepolisian, Kasat Intelkam Polres Sarolangun Iptu Rendie Reinaldy, Kabid P2P Dinkes Harta Saputra dan 5 orang perwakilan Tim Medis Gugas Covid 19 Sarolangun.

Mediasi tersebut membahas tuntutan Himsar Jaya terkait transparansi pelayanan dan pengelolaan anggaran penanganan Covid 19 Kabupaten Sarolangun.

Himsar Jaya meminta Dirut RSUD Sarolangun agar transparan dalam melakukan penanganan Covid-19 dan membuka ke publik terkait jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk penanganan pasien Covid-19.

Mereka mempertanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan atau dihabiskan tim sehingga mengeluarkan anggaran yang cukup besar. Dalam tuntutannya Himsar Jaya juga meminta Kepolisian dan Kejari mengawasi penggunaan anggaran sesuai arahan Presiden agar tidak terjadi penyelewengan.

Asisten I Drs Arief Ampera menyebutkan jika apa yang terjadi saat ini terhadap pelayanan pasien corona, pihak keluarga dan tim medis hanya miskomunikasi. Karena untuk pelayanan sudah cukup maksimal sesuai standar yang sudah ditetapkan.

"Dalam hal secara umum keluarga pasien ada yang puas dan ada yang tidak puas. Untuk itu kedepan kita akan berbenah dan merevisi terkait pelayanan yang kita berikan," kata Arief Ampera, usai memimpin mediasi.

Ditambahkannya, untuk pasien sendiri tidak ada persoalan, karena apa yang sudah dilakukan oleh tim medis sudah sesuai dengan protap.

"Untuk pasien dan dokter atau tim medis sudah sesuai protap, tinggal koordinasi antara keluarga pasien dengan dokter," tambah Asisten I.

Sementara Direktur RS Chatib Quzwain dr H Bambang Hermanto juga mengatakan jika ini hanyalah miskomunikasi, karena apa yang sudah dijalankan tim medis dan dokter yang bertugas sudah menjalankan tugasnya sesuai dengan protap.

"Tapi kita akan tetap mengevaluasi kembali untuk meningkatkan seluruh tenaga dokter kita agar benar-benar mengikuti prosedur dalam mengobati pasien covid 19 ini," katanya.

Masih kata Bambang, terkait masalah pelayanan seperti makan pasien, pihak RSUD Chatib Quzwain Sarolangun sudah menjalankan sesuai protap penyiapan makanan.

"Jika pasien mau lebih, silahkan pihak keluarga menambahkan," ujarnya.

Selain itu, untuk penanganan pasien Covid-19 yang sudah dilakukan oleh pihak RSUD, secara keseluruhan timnya berjumlah 64 orang. Kata Bambang, semuanya diberikan insentif mulai dari PJP sampai roomboy.

"Untuk ini tentunya insentif yang diberikan berbeda-beda. Mulai dari dokter spesialis yang lebih tinggi dari dokter umum, dan dokter umum lebih tinggi dari perawat dan seterusnya sesuai dengan anjuran Presiden RI dan Menteri," jelas Bambang.

Sedangkan untuk masalah penghematan anggaran penanganan Covid-19 di RSUD Sarolangun, Bambang menilai sudah cukup hemat. Bahkan kata dia, pihak RSUD sudah sangat kecil dalam pengusulan anggaran untuk tim medis, mulai dari dokter spesialis, dokter umum dan perawat.

"Untuk insentif yang diberikan kita sudah sangat kecil dibandingkan dengan Kabupaten lain. Di tempat lain dokter spesialis nilainya Rp 10-15 juta, sementara  kita di bawah Rp 10 juta, yang lebih parah lagi dokter Umum di bawah Rp 5 juta. Sedangkan pada umumnya anjuran presiden Rp 10 juta.apa yang kita lakukan ini sudah sesuai dengan standar di sini dan sesuai dengan DPA," pungkasnya.

Sementara Korlap Himsar Jaya Makrup Amin menegaskan, terkait semua persoapan itu, dia bersama Himsar Jaya akan terus memantau semua kegiatan dalam penanganan Covid-19 di Sarolangun.

"Intinya kami dari Himsar Jaya akan terus memantau," singkatnya. (br)

Iklan