Peta dan Persaingan Politik Pilgub Jambi 2024
Oleh : Yasril, MA. Pol (Direktur Eksekutif Crown Indonesia Research and Consulting)
SAPAJAMBE.COM -- Rangkaian dinamika politik menjelang perhelatan pesta demokrasi terbesar rakyat Jambi, pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur akhir tahun ini semakin menarik untuk diamati. Gerakan politik dari para pelaku politik semakin kesini semakin mulai menunjukan arah posisi politik yang jelas terkait calon kandidat, koalisi bahkan arah dukungan partai politik.
Untuk calon kandidat Gubernur dan Wakil Gubernur sendiri hingga kini diprediksi akan ada dua pasangan calon (paslon) yang akan bersaing secara head to head yakni pasangan Al Haris – Abdullah Sani dan pasangan Romi Harianto – Saniatul Lativa yang mana masing-masing bakal paslon telah resmi mendeklarasikan diri untuk berpasangan.
Meski demikian, sesungguhnya Jika benar-benar diamati masih banyak rahasia politik yang bisa ditelusuri pada setiap langkah dan gerakan politik masing-masing partai dan kandidat Gubernur Wakil Gubernur yang ada, baik terkait dukungan partai politik ataupun kemungkinan adanya paslon alternatif ketiga atau bahkan kemungkinan ekstrim hanya ada satu paslon yang akan melawan kotak kosong seperti isu-isu yang sempat mencuat.
Sebagaimana diketahui syarat dukungan partai politik atau gabungan partai politik berdasarkan ketentuan UU Nomor 10 Tahun 2016 Pasal 40 ayat 1 harus minimal 20 % dari jumlah kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atau 25 % dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD bersangkutan. Dengan demikian jika dilihat dari arah dukungan partai politik yang telah secara resmi memberikan dukungan, bakal paslon Haris – Sani telah memenuhi syarat dengan mengantongi dukungan partai politik yang paling banyak yakni PPP, PKS, PAN, PKB dan yang teranyar Demokrat dengan jumlah total sebanyak 31 kursi.
Sementara bakal paslon Romi – Saniatul kemungkinan besar akan didukung Nasdem dan Golkar dengan jumlah total dukungan sebanyak 12 kursi. Ini terlihat dari sinyalemen gerakan politik Romi yang dilakukan bersama Nasdem, dan untuk Golkar sendiri tentu saja tiket itu akan diberikan kepada Saniatul Lativa yang berpasangan dengan Romi Harianto sebagai kader murni Golkar. Dua partai politik ini jika dilihat dari jumlah kursi yang dimiliki maka sudah dapat menghantarkan pasangan calon Romi-Saniatul ke gelanggang Pilgub Jambi.
Jika paslon ini tidak mendapatkan lagi dukungan partai politik yang lain begitu pula paslon Haris – Sani maka dengan ini skema tiga pasangan calon akan terjadi yakni pasangan calon dari dua partai politik lainnya Gerindra dan PDIP dengan jumlah total 12 kursi yang notabene sampai dengan tulisan ini dibuat belum menentukan arah dukungannya secara resmi. Meskipun kandidatnya belum tampak, karena bisa saja kandidat yang diusung akan menjadi skema politik untuk memecah dukungan salah satu kandidat atau sebaliknya akan menjadi kuda hitam.
Disisi lain kemungkinan hanya ada satu pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur juga bisa saja terjadi dan tidak menutup kemungkinan, itu jika partai Gerindra dan PDIP goyah dan akhirnya berlabuh ke bakal paslon yang dominan Haris – Sani diikuti pula oleh salah satu partai yang kini diklaim bersama paslon Romi – Saniatul apakah Nasdem ataupun Golkar sendiri. Namun demikian, jika benar-benar terjadi hanya ada satu paslon yang kemudian akan melawan kotak kosong maka tentu saja peta pertarungan pilgub Jambi akan dinilai kurang menarik, dinamikanya pasti berbeda dengan perhelatan pilgub sebelum-sebelumnya, belum lagi pemilih akan merasa tidak punya alternatif pilihan, sehingga dapat menimbulkan golongan putih (golput) alias tidak mau memilih dengan angka yang signifikan.
Perhelatan politik pilgub Jambi jika terjadi head to head antara bakal paslon Haris – Sani dan bakal paslon Romi – Saniatul dimana kemungkinan besar ini yang akan terjadi, maka tentu persaingan politik akan menjadi menarik dan berjalan sengit mengingat tingkat elektabilitas kedua kandidat berselang tidak begitu jauh, dimana perolehan kandidat incumbent Al Haris sebagaimana hasil beberapa survei masih dibawah angka 30 %, sementara kandidat penantang Romi relatif mengejar berada di bawah posisi incumbent. Disisi lain tingkat kepuasan terhadap Gubernur incumbent dinilai masih tergolong rendah dibawah angka ideal yakni 75 % .
Dengan persaingan head to head tentu peluang bagi kandidat penantang akan semakin terbuka lebar untuk dapat mengungguli incumbent, berbagai strategi politik dapat dilakukan terutama bermain di isu-isu kebijakan yang diambil dan tingkat keberhasilan kandidat incumbent selama menjabat.
Suara basis bakal paslon Romi – Saniatul seperti Tanjabtim, Tanjabbar, dan Tebo akan dapat diraih signifikan oleh kandidat tersebut, ditambah lagi suara dari pemilih milenial yang cukup besar akan menjadi garapan kandidat penantang terutama di daerah-daerah rebutan seperti Kerinci Seungai Penuh dan Batanghari termasuk Kota Jambi.
Sementara kandidat incumbent Haris – Sani tentu tidak akan tinggal diam dengan dukungan partai politik yang doiminan diharapkan mesin politik dari masing-masing partai dapat bekerja secara maksimal, selain itu tentu saja basis-basis suara terbesarnya seperti Sarolangun, Merangin dan Muaro Jambi akan digarap habis yang akan menjadi penunjang kemenangan. Namun dengan semangatnya memborong partai politik kandidat incumbent tentu akan “kehabisan nafas” saat pertarungan berlangsung sebab terkuras banyak di pangkal. Dengan ini tentunya akan menjadi peluang strategi diujung oleh kandidat penantang untuk “menggasak” incumbent.
Klaim kandidat incumbent sebagai paslon yang didukung oleh Koalisi Indonesia Maju (KIM) dan akan meraih kemenangan sebagaimana kemenangan KIM menghantarkan Prabowo – Gibran dalam perhelatan Pilpres yang lalu, sepenuhnya tidak semudah membalikan telapak tangan untuk dicapai meski berbagai simbol paslon Prabowo – Gibran dimanfaatkan oleh tim kandidat Haris – Sani seperti baju berwarna biru langit dan lainnya. Soliditas KIM sebagaimana yang terjadi di pusat tidak berbanding lurus dengan di daerah-daerah seperti halnya juga di Jambi, partai politik yang mendukung kandidat Haris – Sani justru didominasi oleh partai yang notabene bersebrangan saat pilpres yang lalu yakni seperti PPP, PKB dan PKS. Sementara Golkar memilih opsi yang berlawanan dengan PAN dan Demokrat.
Jika demikian yang terjadi peta dukungan politik terhadap dua kandidat yang akan bertarung nanti, tentu persaingan politik akan semakin sengit dan menarik, dan tensi akan semakin hangat mengingat jadwal pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur sendiri kurang dari lima bulan lagi. Pasar pemilih akan menjadi penentu utama dalam proses pemilihan, dimana setiap kandidat berusaha memenangkan hati dan pikiran masyarakat. Dalam pasar bebas politik dengan adanya media social dan internet hari ini, emosi dan kegaduhan komunikasi menjadi bagian tak terpisahkan sehingga kandidat dan para pendukungnya diharapkan tidak terpengaruh emosional, karena pasar politik cenderung memihak pada yang memiliki strategi dan ketenangan dalam berkomunikasi.