Pertanian Pekarangan Solusi di Era COVID-19

Iklan
Pertanian Pekarangan Solusi  di Era COVID-19
Pertanian Pekarangan Solusi di Era COVID-19

Sapajambe, Pertanian- Anjuran pemerintah untuk bekerja, belajar, dan beribadah di rumah di tengah pandemi korona idealnya dimanfaatkan masyarakat untuk bertani di pekarangan. Dengan bertani di halaman rumah kualitas hidup meningkat sekaligus pasokan pangan dapat dipenuhi sendiri.

"Bila semua memanfaatkan sejengkal tanahnya, krisis pangan dapat dihindari dari rumah tangga," kata kepala Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan, Dr. Husnain, pada Bimbingan Teknis Pertanian di Lahan Pekarangan, Rabu (24/6/2020) kemarin. 

Menurut Husnain, pekarangan dapat dimanfaatkan untuk pertanian dengan teknologi yang paling sederhana, hidroponik, hingga smart technology seperti pemanfaatan energi surya. "Semua dapat dipilih tergantung skala yang diinginkan. Mulai sekadar hobi untuk rumahan tetapi bisa juga untuk komersial," kata Husnain. 

Bimbingan teknis itu mendapat respon baik dari masyarakat dengan indikator pendaftar yang membludak sebanyak 3.000 orang. Mereka berasal dari instansi pemerintah, swasta, mahasiswa, bahkan anak sekolah. "Terpaksa dibatasi 1.000 orang di aplikasi Zoom. Sisanya dapat melalui siaran langsung di Youtube dan Facebook," kata Husnain. 

Menurut, kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Dr. Yiyi Sulaeman, bertani di pekarangan juga dapat memanfaatkan teknologi di era 4.0. "Bertani bisa dengan cara cerdas. Irigasi yang seringkali menyita waktu dapat memanfaatkan sistem irigasi cerdas yang dikendalikan dengan android," kata Yiyi.

Irigasi cerdas bahkan hidroponik juga dapat dikombinasikan dengan energi cerdas yaitu memanfaatkan energi surya. Bila mengandalkan listrik dari rumah maka bertani di pekarangan menjadi berbiaya tinggi. "Sirkulasi air itu boros energi sehingga energi listrik dapat dihemat dengan tenaga surya," kata Yiyi. 

Menurut Yiyi, bertani di pekarangan dapat melahirkan sentra pertanian di perkotaan bila dilakukan komunal. "Di Bondowoso, Jawa Timur, tukang sayur keliling bukan menjual sayur ke komplek perumahan. Tukang sayur justeru membeli ke komunitas pertanian pekarangan organik di komplek tersebut," tutur Yiyi. 

Bertani di pekarangan, menurut Tri Nandar Wihendar, banyak diminati ibu-ibu perkotaan yang sibuk sehingga teknologi terkini dapat membantu memudahkan. "Kita bisa rancang pertanian di pekarangan secara otomatis. Pertumbuhan tanaman bahkan bisa dimonitor dengan kamera," kata Nandar. 

Bertani di pekarangan juga dapat dikombinasikan dengan beternak ikan. Koko Kusumah, pensiunan dari BBSDLP, memanfaatkan pekarangan untuk budidaya lele dengan sistem bioflok. "Cukup di lahan sempit karena dapat menggunakan kolam terpal berdiameter 165 cm setinggi 1 m," kata Koko. 

Sistem budidaya bioflok melibatkan bakteri pengurai sehingga sisa pakan dan kotoran lele dapat diurai menjadi flok. "Dengan teknologi itu kolam lele ramah lingkungan karena tidak berbau dan tidak menggunakan bahan kimia berbahaya," kata Koko. 

Dengan bertani dan beternak ikan di pekarangan, pasokan pangan rumah tangga dapat dipenuhi secara mandiri sehingga sangat mendukung upaya pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan di era pandemi. 


Sumber: Destika Cahyana/Balitbangtan


Iklan