Sapa Jambe - Pemerintah berencana akan menaikkan harga BBM Subsidi pada awal bulan September 2022.
Menurut Ketua Komisi II DPRD Provinsi Jambi, HM Juber bahwa pemerintah yang akan menaikkan harga BBM Subsidi pada 1 September 2022 tersebut merupakan keputusan yang sangat tidak tepat dilakukan saat ini.
Jika kenaikan harga BBM Subsidi tetap dilaksanakan, Juber menilai akan banyak damnpak negative yang akan muncul dan akan merugikan rakyat, yang saat ini belum lepas dari keterpurukannya di pasca pandemic.
“Untuk makan saja, saat ini semuanya masih berpikir keras. Ditambah lagi dengan beban biaya BBM yang melambung tinggi,” ujar Juber, Selasa (30/08/22) kemarin.
Ia mengatakan, Inflasi yang belakangan dinyatakan Presiden Jokowi berada pada titik tidak aman di wilayah Jambi, bisa menjadi semakin parah dan mempersulit kehidupan masyarakat.
“Akan ada dampak yang akan dihadapi oleh masyarakat, serta akan terjadi kenaikan inflasi di setiap sektor ekonomi”, katanya.
“Ada resiko yang akan dihadapi di tengah masyarakat, jika memang BBM dinaikkan, diantaranya akan terjadi kenaikan pada biaya jasa angkutan tranportasi, termasuk juga biaya produksi yang menyebabkan terjadinya kenaikan inflasi di semua sektor ekonomi”, jelasnys.S
Selain itu, anggota DPRD ini mengatakan jika hal tersebut dilakukan, harus benar-benar melalui kajian yang mendalam, karena memberikan dampak yang berat untuk masyarakat.“
Kalaupun ini dilakukan. Perlu kajian secara komprehensif. Karena dampaknya akan pasti terasa berat bagi masyarakat”, ujar Juber.
Kenaikan harga BBM ini, dirasakan akan semakin membebani rakyat, yang masih berada dalam pasca pandemic Corona, yang telah sangat membebani kehidupan masyarakat, terutama masyarakat menengah hingga tingkat perekonomian lemah.
Adapun wacana perkiraan harga Pertalite naik menjadi Rp10 ribu per liter, atau naik Rp2.350 yang sebelumnya dijual Rp7.650 per liter.
Kemudian, untuk harga Pertamax menjadi Rp16 ribu per liter, naik Rp3.500 yang sebelumnya dibanderol Rp12.500.S
ementara itu, Solar dijual dengan harga Rp7.200, awalnya dipatok Rp5.150 per liter.